Kemarin saya lihat di status teman di salah satu jejaring sosial. Ada kalimat yang membuat saya penasaran. Karena disana disebutkannya kalau dia sedang diserang "Flu Singapura"..
Waahh..
Kemana aja saya selama ini?? Koq ga pernah dengar nama tersebut?
Hehehehee...
Akhirnya saya cari tahu semua tentang penyakit negara tetangga ini...
Flu Singapura memang bukan penyakit mematikan. Kendati begitu masyarakat perlu waspada terhadap penyakit yang akrab disebut dengan Hand Foot and Mouth Disease (HFMD).
Begitulah pernyataan dari Pakar Penyakit Dalam Sepesialis Paru-Paru Fakultas Kedokteran UGM, Dr. Sumardi, SpPD, KP menanggapi kasus hadirnya flu Singapura yang melanda salah satu daerah di Indonesia.
"Masyarakat tidak perlu panik pada flu Singapura. Namun begitu, harus tetap waspada khususnya pada mereka yang mempunyai daya tahan tubuh rendah seperti anak-anak dan balita, khususnya yang menderita asma, kelainan jantung dan paru-paru,” ujarnya di Yogyakarta.
Penyakit yang ditimbulkan oleh virus coxsacie A16 (CA 16) dan EV71 ini, memiliki gejala awal menyerupai flu pada umumnya seperti demam, sakit tenggorokan, pilek. Namun, flu Singapura disertai dengan munculnya bintil-bintil berwarna merah berisi cairan di telapak tangan, kaki, dan mulut. Biasanya penularannya terjadi ketika kontak langsung seperti saat bicara, batuk, dan bersin.
Flu Singapura memiliki masa inkubasi sekitar dua hingga empat hari Penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan balita dan jarang menyerang orang dewasa karena memiliki kekebalan tubuh yang lebih kuat. "Kalau dewasa biasanya yang muncul hanya sariawan,” katanya.
Ia melanjutkan penyakit ini bisa memperberat penyakit bawaannya (asma, jantung, paru-paru, ginjal) yang akhirnya menyebabkan kematian. Hingga saat ini tidak ada obat khusus yang digunakan untuk virus flu Singapura ini. Biasanya dokter akan memberikan multivitamin untuk menaikkan daya tahan tubuh seperti yang biasa diberikan pada penderita influenza, obat penurun panas untuk mengatasi demam, dan salep untuk bintil-binti di kulit.
Untuk mencegah flu Singapura ini, ia menyarankan menggunakan penutup muka/masker saat beraktivitas. Selain itu, menjaga pola hidup yang sehat dengan makan makanan bergizi juga penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Kaitannya dengan pemberian vaksinasi, dinilainya tak efektif lantaran sifat virusnya yang mudah berubah dan bermutasi.
Flu Singapura sejak awal tahun lalu hingga kini mewabah. Setiap hari ada 6 anak berobat ke dr Rastra SpA, salah satu dokter anak di Rumah Sakit Hermina Depok.
Ketidaktahuan orangtua terhadap penyakit ini membuat panik dan termakan mitos yang hanya menambah penderitaan anak. Untuk mendapat informasi yang benar seputar penyakit ini Bintang mewawancarai dr Rastra SpA.
Dari pengalamannya menangani puluhan anak yang terpapar virus flu Singapura, Rastra paham betul-seluk beluk penyakit ini. “Sejak awal tahun ini, terjadi peningkatan pada kasus flu Singapura, terutama di Depok dan sekitarnya. Namun sejak beberapa hari lalu jumlah penderitanya sudah menurun. Mudah-mudahan trennya terus turun,” harap Rastra yang ditemui di RS Hermina, Rabu (30/5) pagi.
Rastra menjelaskan, flu Singapura adalah penyakit menular yang disebabkan virus RNA, yang masuk dalam famili picornaviridea dan genus enterovirus. Dalam dunia kedokteran, flu Singapura lebih dikenal sebagai hand, foot and mouth disease (HFMD) atau penyakit kaki, tangan, dan mulut (KTM). “Karena pernah mewabah di Singapura, penyakit ini lebih sering disebut flu Singapura. Padahal, penyakit ini sudah lama ada di Indonesia,” ucap Rastra.
Ketidaktahuan masyarakat awam tentang penyakit ini sering kali membuat orang tua panik. Flu Singapura biasanya melanda balita. Namun, pada sedikit kasus ada anak-anak 6 hingga 10 tahun terkena virus ini. Juga orang dewasa. “Pada umumnya, penyakit ini menyerang anak berusia 2 minggu hingga 5 tahun saja. Anak-anak di atas 5 tahun dan dewasa terkena virus ini, jika daya tahan tubuh mereka tengah turun drastis,” urai Rastra.
Seorang anak terkena flu Singapura ditandai dengan demam tinggi 38 hingga 40 derajat Celsius serta bintik-bintik merah di sekitar kaki, tangan, dan mulut anak. Bintik merah ini ada dua jenis, seperti kaligata dan cacar air. Menurut Rastra, sejatinya tidak ada obat khusus yang bisa membasmi virus ini. Penyakit ini akan sembuh sendiri, tanpa diobati sekalipun. “Kita hanya bisa pasrah, memberi obat pun hanya untuk sekadar meringankan rasa sakit anak, seperti sulit menelan dan mempercepat proses pengeringan pada bentol-bentol merah seperti cacar. Obat yang paling ampuh, istirahat total,” ucapnya.
Namun, jika kondisi kesehatan anak terus turun dan anak tidak mau makan, wajib dibawa ke dokter. “Pada beberapa kasus yang saya temui, anak yang terkena virus flu Singapura tidak mau makan dan kondisi kesehatannya terus menurun. Penyebabnya, di sekitar tenggorokan dan lidah ada luka seperti cacar air. Hal inilah yang menyebabkan anak tidak mau makan dan butuh perawatan khusus atau rawat inap. Namun kebanyakan anak yang kena flu Singapura masih bisa bermain, layaknya anak yang sehat,” urai Rastra panjang lebar. Rastra menyarankan, anak yang terkena virus ini mengonsumsi makanan cair atau lembut seperti bubur ayam dan mi.
Proses penyembuhan flu Singapura biasanya memakan waktu hingga 7 hari, bahkan lebih. Dengan pertimbangan itu, Rastra menyarankan kepada orang tua agar anak istirahat total selama 7 hari. Tidak ada makanan yang harus dipantang dan anak harus tetap mandi. “Ada mitos yang tidak benar dan cenderung menyesatkan, seperti anak yang terkena flu Singapura tidak boleh mandi. Saran saya tetap mandi, karena akan mempercepat proses penyembuhan,” ujar Rastra. Anak juga bebas mengonsumsi makanan apa saja.
Selama 7 hari itu juga anak yang terkena virus ini dilarang bermain dengan teman sebayanya. Jika tidak, virus ini akan mudah pindah ke anak-anak lainnya. Penyebaran virus flu Singapura sangat mudah dan cepat, terutama saat musim panas atau kemarau. Penularannya biasanya dari kontak langsung -- dari orang ke orang, udara, air liur, tinja, cairan dari vesikel dan ekskreta.
“Penularannya juga bisa terjadi dengan cara kontak tidak langsung melalui barang-barang yang sudah terkontaminasi. Makanya, setiap ada pasien flu Singapura, perawat langsung membersihkan atau mengganti barang-barang yang diduga terkontaminasi sekresi itu. Dengan cara ini, saya telah mencegah penyebaran virus ini,” urai Rastra.
Jika seorang anak terkena virus ini, masa inkubasinya sekitar 2 hingga 5 hari. “Jika di rumah ada anak yang terkena virus ini dan di rumah itu juga ada balita, sebaiknya untuk sementara anak yang terkena flu Singapura diisolasi selama 7 hari. Jika tidak, pasti akan menulari yang lain. Bagi anak yang pernah kena virus ini, bisa terpapar lagi. Semakin awal mengetahui penyakit ini, semakin bagus,” ucap Rastra menutup pembicaraan. Foto dan Naskah: EJ
Mitos dan Fakta Seputar Flu Singapura 1.Anak yang terkena flu Singapura dilarang mandi. Faktanyanya, agar mempercepat proses penyembuhan, tubuh anak harus bersih dengan cara mandi.
2.Anak yang terkena flu Singapura harus memakai bedak, agar bentol-bentol di tubuhnya cepat hilang. Faktanya, bedak bisa mengendap pada luka-luka, seperti cacar air yang bisa memperlambat proses penyembuhan.
3.Terkena angin bisa memperparah anak yang terkena flu Singapura. Faktanya, embusan angin tidak akan memperparah kondisi kesehatan anak, tapi bisa menularkan flu ini kepada orang lain.
Sumber : Nationalgeographic dan Gayahidup